Apakah Alkitab Dapat Dipercaya?
Bagian 0. Kata Pengantar
Apakah Alkitab dapat dipercayai? Dapatkah saya menemukan alasan yang tepat untuk menerima pandangan-pandangannya yang "kuno"? Alkitab adalah sebuah buku tua di dunia modern. Jika saya hendak mempercayai isinya, saya harus memiliki alasan yang kuat mengapa saya harus mempercayainya, dan apa konsekuensinya terhadap sikap saya mengenai masalah-masalah seks, pernikahan, pekerjaan dan ibadah.
Andaikata pikiran-pikiran semacam ini memenuhi benak Anda dari waktu ke waktu, kami akan merasa senang bila dapat membantu Anda. Buku ini kami persembahkan kepada Anda untuk menunjukkan wibawa Alkitab yang telah teruji dari waktu ke waktu. Kami berharap Anda akan memiliki pemahaman yang baru tentang Alkitab, buku yang telah banyak memberi arti bagi kehidupan orang-orang yang mempercayainya.
Martin R. De Haan II
Diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Yayasan Gloria PO Box 13 YKGD, Yogyakarta 55224 SMI 011-95 Diterjemahkan dari Can I Really Trust the Bible? Naskah dilindungi oleh hak cipta (c) 1986 pada RBC Ministries (R) 317665, 014043 & 014174 Penerjemah: Okdriati Handoyo Cetakan I 1995. Cetakan II 1996. Cetakan III 1996 Sumbangan Biaya produksi Rp. 700,00
Bagian A. Keberatan-keberatan Terhadap Alkitab
Lebih dari 50.000 buku diterbitkan setiap tahun di Amerika. Buku-buku itu meliputi banyak topik, mulai dari makanan ringan sampai minuman keras, dari antropologi hingga zoologi, dari Afganistan sampai Zimbabwe. Namun, orang-orang yang percaya pada Alkitab menyatakan bahwa Alkitab adalah buku yang berbeda dari buku apa pun yang pernah diterbitkan. Mereka yakin bahwa Alkitab adalah satu-satunya buku yang ditulis oleh Allah sendiri dan karenanya hanya Alkitab yang dapat menunjukkan kepada kita bagaimana mengenal Allah, bagaimana seharusnya kita hidup dan bagaimana memperoleh hidup yang kekal.
Banyak orang tidak sependapat. Mereka berpikir, mana mungkin Alkitab yang di dalamnya terdapat banyak kekurangan dan hal-hal yang tak masuk akal, ditulis oleh Allah. Berikut ini beberapa komentar mereka tentang Alkitab:
"Alkitab tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah." Orang yang berpikir demikian beranggapan bahwa Alkitab penuh dengan kesalahan-kesalahan yang tak dapat diterima secara ilmiah, dengan demikian pesan rohaninya pun tak mungkin dapat diterima.
Sebenarnya, justru karena kesaksian-kesaksiannya yang begitu alamiah, banyak ilmuwan menemukan hal-hal yang luar biasa dari Alkitab yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi. Misalnya, bagaimana mungkin matahari pernah berhenti bergerak di tengah langit, bagaimana bangsa Israel diberi makan burung puyuh, atau bagaimana Nabi Yunus dapat tetap hidup selama tiga hari di dalam perut ikan.
"Alkitab tidak tepat dalam hal yang berkaitan dengan sejarah." Orang-orang yang percaya Alkitab sering menekankan bahwa Alkitab berasal dari Allah dan tak mungkin salah. Itulah sebabnya orang-orang yang tidak setuju sering memakai fakta-fakta sejarah untuk menyerang. Setiap kali mereka menemukan data sejarah tertentu yang tampaknya bertentangan dengan Alkitab, mereka akan segera menyimpulkan bahwa Alkitablah yang salah. Dan, selama nama atau peristiwa yang terdapat di dalam Alkitab tidak dapat dibuktikan dengan fakta sejarah, mereka menganggap Alkitablah yang salah.
"Alkitab adalah buku yang ketinggalan zaman." Tak terlalu banyak buku dari 2000 tahun lalu yang masih diterbitkan sampai saat ini. Namun, hal yang mengungkapkan kelebihan buku yang bernama Alkitab ini justru telah diputarbalikkan sebagai kelemahan. Para ahli pikir modern yang telah mengembangkan filsafat dan teori-teori baru tentang kehidupan mengatakan bahwa tak satu pun buku dari berabad-abad yang lampau dapat relevan dengan kehidupan modern saat ini, terutama dalam hal seks, pernikahan, etika dan bisnis.
"Alkitab hanyalah sebuah rekayasa manusia." Orang yang berkata demikian beranggapan bahwa Alkitab adalah hasil pengembangan khayalan manusia dan mitos-mitos nenek moyang. Mereka menganggap Alkitab sama saja dengan buku-buku dongeng tentang dewa-dewi Yunani atau dengan tulisan-tulisan religius lainnya. Bagi mereka, Alkitab hanyalah salah satu buku dari buku-buku agama yang ada.
"Dengan menolak Alkitab ...... sesungguhnya itu berarti kita menutup mata terhadap bukti-bukti yang luar biasa tentang kasih karunia."
Demikianlah, banyak orang menolak bahwa Alkitab adalah firman Allah. Mereka juga menolak bahwa Alkitab adalah buku yang dapat kita pedomani dalam perjalanan dan tujuan hidup kita. Namun, dengan menolak Alkitab, sebagaimana akan kita bahas pada halaman-halaman berikut, sesungguhnya itu berarti kita menutup mata terhadap bukti-bukti yang luar biasa tentang kasih karunia yang besar. Dan yang lebih penting, itu berarti mengingkari kebutuhan hakiki manusia sendiri -- serta mengabaikan keselamatan yang ditawarkan lewat pemberitaannya.
Lebih dari 50.000 buku diterbitkan setiap tahun di Amerika. Buku-buku itu meliputi banyak topik, mulai dari makanan ringan sampai minuman keras, dari antropologi hingga zoologi, dari Afganistan sampai Zimbabwe. Namun, orang-orang yang percaya pada Alkitab menyatakan bahwa Alkitab adalah buku yang berbeda dari buku apa pun yang pernah diterbitkan. Mereka yakin bahwa Alkitab adalah satu-satunya buku yang ditulis oleh Allah sendiri dan karenanya hanya Alkitab yang dapat menunjukkan kepada kita bagaimana mengenal Allah, bagaimana seharusnya kita hidup dan bagaimana memperoleh hidup yang kekal.
Banyak orang tidak sependapat. Mereka berpikir, mana mungkin Alkitab yang di dalamnya terdapat banyak kekurangan dan hal-hal yang tak masuk akal, ditulis oleh Allah. Berikut ini beberapa komentar mereka tentang Alkitab:
"Alkitab tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah." Orang yang berpikir demikian beranggapan bahwa Alkitab penuh dengan kesalahan-kesalahan yang tak dapat diterima secara ilmiah, dengan demikian pesan rohaninya pun tak mungkin dapat diterima.
Sebenarnya, justru karena kesaksian-kesaksiannya yang begitu alamiah, banyak ilmuwan menemukan hal-hal yang luar biasa dari Alkitab yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi. Misalnya, bagaimana mungkin matahari pernah berhenti bergerak di tengah langit, bagaimana bangsa Israel diberi makan burung puyuh, atau bagaimana Nabi Yunus dapat tetap hidup selama tiga hari di dalam perut ikan.
"Alkitab tidak tepat dalam hal yang berkaitan dengan sejarah." Orang-orang yang percaya Alkitab sering menekankan bahwa Alkitab berasal dari Allah dan tak mungkin salah. Itulah sebabnya orang-orang yang tidak setuju sering memakai fakta-fakta sejarah untuk menyerang. Setiap kali mereka menemukan data sejarah tertentu yang tampaknya bertentangan dengan Alkitab, mereka akan segera menyimpulkan bahwa Alkitablah yang salah. Dan, selama nama atau peristiwa yang terdapat di dalam Alkitab tidak dapat dibuktikan dengan fakta sejarah, mereka menganggap Alkitablah yang salah.
"Alkitab adalah buku yang ketinggalan zaman." Tak terlalu banyak buku dari 2000 tahun lalu yang masih diterbitkan sampai saat ini. Namun, hal yang mengungkapkan kelebihan buku yang bernama Alkitab ini justru telah diputarbalikkan sebagai kelemahan. Para ahli pikir modern yang telah mengembangkan filsafat dan teori-teori baru tentang kehidupan mengatakan bahwa tak satu pun buku dari berabad-abad yang lampau dapat relevan dengan kehidupan modern saat ini, terutama dalam hal seks, pernikahan, etika dan bisnis.
"Alkitab hanyalah sebuah rekayasa manusia." Orang yang berkata demikian beranggapan bahwa Alkitab adalah hasil pengembangan khayalan manusia dan mitos-mitos nenek moyang. Mereka menganggap Alkitab sama saja dengan buku-buku dongeng tentang dewa-dewi Yunani atau dengan tulisan-tulisan religius lainnya. Bagi mereka, Alkitab hanyalah salah satu buku dari buku-buku agama yang ada.
"Dengan menolak Alkitab ...... sesungguhnya itu berarti kita menutup mata terhadap bukti-bukti yang luar biasa tentang kasih karunia."
Demikianlah, banyak orang menolak bahwa Alkitab adalah firman Allah. Mereka juga menolak bahwa Alkitab adalah buku yang dapat kita pedomani dalam perjalanan dan tujuan hidup kita. Namun, dengan menolak Alkitab, sebagaimana akan kita bahas pada halaman-halaman berikut, sesungguhnya itu berarti kita menutup mata terhadap bukti-bukti yang luar biasa tentang kasih karunia yang besar. Dan yang lebih penting, itu berarti mengingkari kebutuhan hakiki manusia sendiri -- serta mengabaikan keselamatan yang ditawarkan lewat pemberitaannya.
Bagian B. Alkitab Adalah Buku yang Berbeda
Alkitab adalah buku yang berbeda, bukan semata-mata karena buku ini dinyatakan berasal dari Allah. Joseph Smith, pendiri aliran Mormon, menyatakan bahwa wahyu yang diterimanya berasal dari Allah. Aliran kepercayaan apa pun akan mengatakan bahwa kitab suci mereka berasal dari Allah.
Namun Alkitab menjadi buku yang benar-benar berbeda karena pandangan-pandangannya tentang Allah, manusia, keselamatan dan kebenaran.
1. Pandangan Alkitab tentang Allah. Alkitab memperkenalkan Allah sebagai Tuhan dan pemerintah segala sesuatu (1Tawarikh 29:11); sebagai Tuhan yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya (Mazmur 145:8); dan sebagai Allah yang esa (Ulangan 6:4). Sementara yang lain ada yang menggambarkan Allah sebagai Allah yang keras, tak dapat diduga dan tak berbelas kasihan. Ajaran Mormon bahkan mengatakan bahwa ada banyak allah dan Allah itu sebenarnya manusia juga, sehingga setiap manusia mempunyai kemungkinan untuk menjadi Allah.
Sebaliknya, Alkitab malah menyatakan bahwa Allah yang benar itu telah menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Seorang ahli dalam bidang perbandingan agama dari Inggris, J.N.D. Anderson, menulis:
Agama-agama lain memang mencantumkan kepercayaannya bahwa Allah atau salah satu dari allahnya dapat mewujudkan dirinya sekali waktu atau beberapa kali menjadi manusia.... Namun, ajaran Kristen dengan jelas menyatakan bahwa dasar keesaan, kemahaadaan, kemahatahuan dan segala keberadaan tentang Allah telah terwujud dengan unik dalam karyaNya, bukan hanya dengan mengambil rupa manusia, tetapi benar-benar menjadi manusia sejati (Christianity and Religion, hal. 51).
2. Pandangan Alkitab tentang manusia. Alkitab memberikan gambaran yang lebih seimbang dan realistis tentang manusia. Alkitab tidak meninggikan manusia di atas keadaan sebenarnya, sebagaimana yang dikatakan ajaran Yunani kuno bahwa "para dewa adalah manusia yang kekal, dan manusia adalah para dewa yang fana." Alkitab juga tidak merendahkan manusia pada keadaan yang tidak seharusnya seperti yang dikatakan psikolog B.F. Skinner bahwa manusia tidaklah lebih dari sejenis makhluk kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Sebaliknya, Alkitab dengan adil mengutarakan baik sisi keagungan maupun kehinaan manusia. Alkitab mengungkapkan keagungan penciptaan manusia sebagai gambar Allah, tetapi juga kejatuhannya dalam dosa yang membuatnya kehilangan kemuliaan. Alkitab menegaskan tanggung jawab yang harus dipikul manusia akibat dosa, sekaligus memberi pengharapan bagi kelepasannya.
"Berita yang dibawanya tidak hanya memberi kuasa, tetapi juga memberi banyak bukti nyata."
3. Pandangan Alkitab tentang keselamatan. Keselamatan manusia yang ditawarkan Alkitab sangatlah berbeda dengan yang ditawarkan kepercayaan lain di dunia ini. Alkitab menawarkan keselamatan melalui Yesus Kristus. Keselamatan yang bukan karena perbuatan manusia, tetapi semata-mata karena anugerah yang diterima dengan iman.
4. Pandangan Alkitab tentang kebenaran. Pernyataan Alkitab didukung fakta-fakta sejarah dan geografis yang nyata. Itulah sebab mengapa orang-orang Kristen pada abad-abad pertama demikian tertarik pada berita tentang kebangkitan Kristus. Sebab berita yang dibawanya tidak hanya memberi kuasa tetapi juga memberi banyak bukti nyata.
Bagian C. Anda Dapat Mempercayai Alkitab!
Jika kita mempercayai Alkitab, kita akan mendapati bahwa Alkitab dapat dipercaya. Jika kita percaya bahwa Alkitab berasal dari Allah dan Allah telah memberikannya kepada kita, maka kita akan dapat memahami pengertian-pengertian yang dijelaskan Alkitab kepada kita. Jika kita sakit, sebagai contoh, kita tentu tidak akan memanggil seorang pelukis untuk mendiagnosa penyakit kita dan meminta resep obat darinya. Namun, kita tentu akan mencari orang yang benar-benar ahli yang dapat kita percayai untuk memberi pengobatan yang tepat bagi kita.
Bagaimana dengan keputusan-keputusan yang lebih penting dan mendasar dalam hidup kita? Ke mana kita harus mencari pedoman mengenai hal-hal yang benar atau salah? Kepada siapa kita bertanya tentang makna dan tujuan hidup ini? Ke mana kita harus mengarahkan diri pada saat hidup kita dipenuhi beban dosa dan kelemahan? Bagaimana kita memperoleh kelepasan, petunjuk untuk masa depan dan harapan di balik keputusasaan?
Sekali lagi, jika kita dapat mempercayai bahwa Alkitab telah diberikan Allah untuk kita, maka kita pun akan memiliki buku yang dapat kita percayai, buku yang tak ada duanya di dunia ini.
Pada halaman-halaman berikut, kita akan menggolongkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Alkitab dapat dipercayai ke dalam empat kategori dasar, yakni: pernyataan-pernyataan Alkitab sendiri, isi naskahnya yang terjamin, ketepatan datanya yang terbukti, dan dampak positifnya yang nyata. Secara lebih terinci, kategori-kategori ini akan diuraikan menjadi 10 bagian, yakni: (1) Pernyataan Alkitab tentang Alkitab, (2) Pernyataan Kristus tentang Alkitab, (3) Pernyataan para penulis Alkitab tentang Alkitab, (4) Keselarasan isi Alkitab, (5) Keaslian isi Alkitab, (6) Ketepatan data sejarah dalam Alkitab, (7) Ketepatan data ilmiah dalam Alkitab, (8) Ketepatan nubuat dalam Alkitab, (9) Dampak Alkitab pada masyarakat, dan (10) Dampak Alkitab pada individu
Sementara kita membahas 10 pokok bahasan yang telah meyakinkan kami bahwa Alkitab adalah firman Allah, kami berharap Anda pun akan benar-benar menjadi yakin bahwa Alkitab adalah buku yang dapat Anda percayai.
M A N U S I A P E R C A Y A
10. Dampak Alkitab Pd Individu
9. Dampak Alkitab Pd Masyarakat
8. Ketepatan Nubuat Dlm Alkitab
7. Ketepatan Data Ilmiah Dlm Alkitab
6. Ketepatan Data Sejarah Dlm Alkitab
5. Keaslian Isi Alkitab
4. Keselarasan
3. Pernyataan Para Penulis Alkitab
2. Pernyataan Kristus Ttg Alkitab
1. Pernyataan Alkitab Ttg Alkitab
F I R M A N A L L A H
Pernyataan-pernyataan Alkitab Sendiri
Isi Naskahnya yang Terjamin
Ketepatan Datanya yang Terbukti
Dampak Positifnya yang Nyata
Pernyataan-pernyataannya
Isi Naskahnya yang Terjamin
Ketepatan Datanya yang Terbukti
Dampak Positifnya yang Nyata
PERNYATAAN-PERNYATAAN ALKITAB SENDIRI
Bukti bahwa Alkitab dapat dipercayai dimulai dengan pernyataan-pernyataan di seputar Alkitab itu sendiri. Jika Anda menyempatkan diri membaca Alkitab, Anda akan segera menemukan bukti kuat bahwa para penulis buku ini yakin bahwa Alkitab adalah sebuah pemberian Allah yang unik. Kita akan memperhatikan tiga macam pernyataan dari bagian ini, yakni: (1) Pernyataan Alkitab tentang Alkitab, (2) Pernyataan Kristus tentang Alkitab, dan (3) Pernyataan para penulis Alkitab tentang Alkitab.
1. Pernyataan Alkitab Tentang Alkitab. Pernyataan Alkitab pertama-tama adalah bahwa Alkitab merupakan firman Allah kepada manusia (2Timotius 3:16; 2Petrus 1:20-21). Tampaknya mungkin bukan merupakan alasan yang kuat bagi kita untuk mempercayainya, akan tetapi ini merupakan permulaan yang baik. Jika Alkitab tidak membuat pernyataan tentang dirinya sendiri, kitalah yang harus melakukannya. Dengan pernyataannya ini Alkitab menyatakan bahwa meskipun Alkitab ditulis oleh manusia, tetapi para penulisnya diilhami oleh Allah. Dan sebagai sebuah buku yang diilhami Allah, Alkitab dapat menjadi buku yang benar-benar patut dipercayai.
Apa yang dimaksud dengan diilhami? Ada satu hal di sini, yakni bahwa kita tidak mengartikan pengilhaman di sini seperti sebuah inspirasi yang muncul pada seorang penulis yang sedang berusaha menulis sebuah buku atau seorang montir yang sedang mencari kerusakan pada sebuah mobil. Sementara mereka bergumul dengan permasalahan mereka, tiba-tiba saja mereka menemukan jalan keluar yang kemudian mereka sebut sebagai mendapatkan inspirasi.
Pengilhaman Alkitab bukanlah seperti itu. Pengilhaman dalam penulisan Alkitab berarti bahwa inisiatif penulisan itu datang dari Allah dan dikendalikan oleh Allah sendiri. Dengan caraNya yang supranatural, Roh Kudus telah memimpin Musa, Yesaya, Matius, Paulus dan para penulis Alkitab lainnya untuk menuliskan pesan Allah kepada manusia.
Pernyataan Alkitab yang tidak lazim ini, yakni bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah sendiri, dijelaskan dalam beberapa pasal kunci di dalam Alkitab. Kita akan memperhatikan beberapa contoh di antaranya. Bagian pertama terdapat dalam surat Paulus yang kedua kepada Timotius:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Timotius 3:16).
Kata yang diterjemahkan dengan "diilhamkan Allah" di sini berarti "difirmankan Allah." Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Alkitab pada dasarnya adalah buah pikiran Allah. Roh Kuduslah yang mempengaruhi setiap individu penulis Alkitab itu untuk menuliskan pesan Allah yang hendak disampaikan kepada manusia.
Bagian penting kedua yang mengungkapkan Alkitab sebagai firman Allah terdapat dalam salah satu surat Petrus:
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2Petrus 1:20-21).
Pernyataan ayat ini sungguh luar biasa! Dinyatakan bahwa nubuat-nubuat dalam Alkitab tidak berasal dari kehendak para penulis, mereka hanya menyampaikan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Mereka digerakkan (atau lebih tepat "dikuasai") oleh Roh Kudus. Meskipun demikian, ini tidak berarti kepribadian dan gaya penulisan mereka diabaikan sama sekali. Mereka dikendalikan supaya mereka terhindar dari kemungkinan melakukan kesalahan pada saat menuliskannya. Mereka juga dikuasai Roh Kudus agar benar-benar hanya menyampaikan apa yang Allah kehendaki untuk diketahui manusia.
Pernyataan Alkitab bahwa ia ditulis oleh Allah menunjukkan bahwa Alkitab adalah buku Allah, bukan buku manusia. Paulus memberitahu kita bahwa hal-hal rohani yang ditafsirkannya adalah "perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh" (1Korintus 2:13).
Ya, Alkitab menyatakan bahwa firman Allah berkuasa, hidup, dan kekal (1Yohanes 1:1-3; Ibrani 4:12; 1Petrus 1:23-25). Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah firman Allah yang disampaikan kepada semua orang tanpa kecuali -- sebuah Buku yang dapat Anda percayai!
"Kenyataan bahwa Kristus sendiri berpegang pada Alkitab merupakan alasan yang terkuat bagi kita untuk melakukannya juga."
2. Pernyataan Kristus Tentang Alkitab. Sepanjang kehidupanNya di dunia ini, Yesus Kristus selalu meneguhkan apa yang dikatakan Alkitab. Baik melalui kata-kataNya tentang Alkitab maupun dalam caraNya mengutip ayat-ayat Alkitab, sang Anak Allah telah menunjukkan bahwa Alkitab adalah firman Allah. Renungkanlah hal-hal berikut ini:
Yesus meneguhkan kebenaran Alkitab dengan menyebutnya:
"firman Allah" (Markus 7:13; Yohanes 10:35).
"Kitab Suci" (Lukas 4:20-21; Yohanes 5:39; 10:35).
"perintah Allah" (Markus 7:8).
Yesus menerima nama-nama tokoh dan peristiwa-peristiwa di dalam Perjanjian Lama sebagai bukti-bukti sejarah:
Adam dan Hawa (Matius 19:4-5).
Nuh dan air bah (Matius 24:37-39).
Lot, istrinya dan Sodom (Lukas 17:26-32).
Tanda Yunus (Matius 12:38-41).
Yesus menyatakan bahwa perkataanNya adalah firman Tuhan dan karenanya dapat dipercaya (Yohanes 12:48-49).
Yesus mendorong orang untuk bertangggung jawab terhadap apa yang telah ditulis di dalam Alkitab (Matius 12:3-8).
Yesus menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk membungkam para pengritikNya:
Yohanes 10:34 sebagai kutipan dari Mazmur 82:6.
Matius 22:32 sebagai kutipan dari Keluaran 3:6,15.
Matius 22:42-44 sebagai kutipan dari Mazmur 110:1.
Yesus menggunakan otoritas Alkitab untuk mengalahkan pencobaan Iblis di padang gurun (Matius 4:4,7,10).
Dengan mengutip dan memakai Alkitab, Yesus telah membuktikan bahwa Dia menerima Alkitab sebagai suatu kebenaran. Sepanjang kehidupanNya di dunia ini, sang Firman Hidup itu telah meneguhkan firman tertulis (Alkitab).
3. Pernyataan Para Penulis Alkitab Tentang Alkitab. Para penulis Alkitab mengukuhkan pernyataan Alkitab dengan menerima bagian lain dari Alkitab sebagai firman Allah. Mereka juga menguatkan pernyataan ini dengan memandang diri mereka sendiri sebagai bagian dari rencana Allah dalam rangka membuat manusia mengenal Allah.
Pertama-tama, mari kita perhatikan pandangan para penulis terhadap Alkitab:
Ketika Daniel membaca nubuat nabi Yeremia bahwa penindasan Babilon atas Yerusalem akan berlaku selama 70 tahun, ia menerima hal itu sebagai suatu kebenaran dan mulai berdoa dan bermohon kepada Tuhan (Daniel 9:2-3).
Petrus menerima nubuat-nubuat dalam Alkitab sebagai dorongan Roh Kudus atas orang-orang yang berbicara atas nama Allah (2Petrus 1:21).
Petrus juga mengakui tulisan-tulisan Paulus sebagai karunia hikmat yang dari Tuhan, meskipun ada juga hal-hal yang sukar dipahami dalam surat-suratnya (2Petrus 3:15-16).
Yohanes menyatakan bahwa tulisan-tulisan para rasul, seperti juga tulisan-tulisannya sendiri, berasal dari Allah dan berkuasa (1Yohanes 4:6).
Kedua, kita akan memperhatikan bagaimana para penulis memandang diri mereka sebagai penyampai firman Allah lewat bagian-bagian berikut ini:
Nabi Yesaya memulai kitabnya dengan pernyataan: "Sebab TUHAN berfirman" (Yesaya 1:2).
Yeremia mengawali nubuat-nubuatnya dengan perkataan: "Firman TUHAN datang kepadaku" (Yeremia 1:4).
Yehezkiel pergi kepada bangsanya dan berkata kepada mereka: "Beginilah Firman Tuhan ALLAH" (Yehezkiel 3:11).
Paulus menegaskan bahwa firman yang diberitakannya adalah dari Tuhan sendiri, bukan dari manusia (Galatia 1:11-12; 1Tesalonika 2:13).
Mari kita simpulkan pernyataan-pernyataan Alkitab ini. Alkitab sendiri menyatakan bahwa ia adalah buku dari Allah. Yesus Kristus mengukuhkan pernyataan ini. Dan para penulis Alkitab pun meneguhkannya dengan menerima tulisan orang lain maupun tulisannya sendiri sebagai firman Allah.
Pernyataan-pernyataannya
Isi Naskahnya yang Terjamin
Ketepatan Datanya yang Terbukti
Dampak Positifnya yang Nyata
ISI NASKAHNYA YANG TERJAMIN
Isi naskah Alkitab yang terjamin keabsahannya merupakan alasan berikutnya bagi kita untuk mempercayai Alkitab. Isi naskah Alkitab yang terjamin keabsahannya ini meliputi dua hal: (a) Keselarasan isi Alkitab, dan (b) Keaslian isi Alkitab. Mari kita bahas bagaimana Allah telah melindungi isi naskah-naskah Alkitab yang merupakan firmanNya itu.
4. Keselarasan Isi Alkitab. Tulisan atau karangan manusia sering memperlihatkan ketidakselarasan dan kontradiksi. Buku-buku yang penulisnya lebih dari satu orang biasanya akan memuat banyak ketidaksesuaian dalam hal falsafah, fakta, gaya atau pun gagasannya. Tidak jarang tulisan yang dibuat oleh satu orang pun akan memuat berbagai kontradiksi dalam hal fakta maupun logika. Namun, orang-orang yang telah mengabdikan dirinya untuk menyelidiki Alkitab telah dibuat kagum secara terus-menerus oleh keselarasan dan konsistensi pengajaran yang terdapat di dalam Alkitab.
Josh McDowell, seorang apologis (pembela) ajaran Kristen yang terkenal, pernah diminta seseorang untuk menulis The Great Books of the Western World, tulisan-tulisan yang mengisahkan tentang tokoh-tokoh terkenal dunia Barat. McDowell malah balik meminta orang itu supaya menentukan 10 penulis dari latar belakang yang sama, kurun waktu yang sama, negara yang sama dan bahasa yang sama untuk membahas satu topik permasalahan yang sama. "Apakah mereka semua akan sepaham?" tanya Josh. Orang itu berkata, "Berguraukah Anda? Bukankah hal itu hanya akan menghasilkan ide-ide yang campur aduk?"
Keselarasan isi yang menakjubkan dalam Alkitab patut membuat kita percaya. Dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu, Alkitab terus-menerus memberitakan satu hal, yakni pembebasan manusia dari hutang dosanya melalui kematian Yesus Kristus. Perjanjian Lama memberitakan pengharapan akan kedatanganNya, dan Perjanjian Baru menyampaikan penggenapan dari semua pengharapan yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.
Kalau saja Alkitab ditulis oleh satu orang dan dalam satu kurun waktu tertentu, bukan hal yang istimewa kalau isinya selaras dalam semua uraiannya. Namun, renungkanlah kenyataan yang sebenarnya bahwa:
Alkitab ditulis oleh 40 orang yang berbeda.
Alkitab ditulis dalam kurun waktu lebih dari 1.600 tahun.
Bahasa asli Alkitab terdiri dari tiga bahasa: Ibrani, Yunani dan Aram.
Latar belakang para penulisnya pun bermacam-macam, ada nabi (Yeremia), imam (Zakharia), gembala (Amos), raja (Daud), pelayan (Nehemia), tabib (Lukas), pemungut cukai (Matius), dan orang Farisi (Paulus).
Alkitab ditulis di tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa. Jangka waktu antara penulisan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru lebih dari 400 tahun.
Meskipun demikian, ternyata isi Alkitab tetap merupakan satu kesatuan yang selaras. Bagaikan cabang, akar, batang dan daun yang merupakan bagian dari satu pohon, bagian-bagian dalam Alkitab terjalin dalam satu kesatuan isi. Seluruhnya mengarah pada pemberitaan dan pengajaran tentang Yesus Kristus serta keselamatan yang dianugerahkanNya kepada manusia. Inilah buku dari segala buku. Alkitab adalah buku yang dapat Anda percayai.
5. Keaslian Isi Alkitab. Alkitab juga merupakan buku yang dapat dipercayai oleh karena isinya yang terjamin keasliannya. Memang tak satu pun dari naskah asli Alkitab yang ditulis oleh para penulis aslinya yang masih utuh sampai sekarang. Semuanya telah hilang atau rusak dimakan waktu yang berabad-abad. Hal ini memang sering menjadi sasaran serangan orang-orang yang mempersoalkan keaslian Alkitab. Namun, kita dapat meyakini bahwa Alkitab yang ada pada kita sekarang ini terjamin keaslian isinya, karena Alkitab telah disalin dan diterjemahkan dari naskah yang sama dengan aslinya.
"Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." Yesaya 40:8
Perjanjian Lama. Kitab-kitab Perjanjian Lama yang asli, sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani. Kitab-kitab ini disalin di atas papyrus (irisan batang semacam tumbuhan ilalang yang diproses menjadi seperti kertas) atau perkamen (kulit binatang yang dikeringkan dan diolah menjadi lembaran yang halus sekali). jika salinan ini sudah tua atau rusak, maka akan dibuat salinan yang baru, sedangkan yang telah tua atau rusak itu dimusnahkan.
Pekerjaan ini tidaklah mudah, karena saat itu belum ada mesin fotokopi seperti sekarang ini. Semuanya harus ditulis ulang dengan tangan. Dalam hal ini para penyalin kitab harus benar-benar cermat mengikuti pedoman yang telah ditentukan untuk menghindari kemungkinan melakukan kesalahan dalam penyalinan tersebut. Metode penyalinan yang telah digunakan selama berabad-abad ini, dari tahun 500-900, adalah Metode Masorit. Sistem yang dipakai para sarjana Ibrani ini adalah dengan menghitung secara teliti. Pertama-tama mereka harus menghitung semua huruf yang terdapat dalam satu halaman. Kemudian, setelah mereka selesai menyalin, mereka harus mencocokkan lagi jumlah huruf yang mereka salin. Hal ini akan membuat mereka terhindar dari kemungkinan mengulang maupun menghilangkan kata-kata atau baris-baris kalimat. Kalau ternyata jumlah yang mereka hitung tidak cocok, mereka harus menghancurkan salinan yang telah mereka buat dengan susah payah itu dan memulai proses penyalinan yang baru lagi.
Dengan adanya metode ini, naskah-naskah Ibrani sejak tahun 900 benar-benar bebas dari kemungkinan salah salin. Namun, bagaimana dengan naskah-naskah sebelum tahun 900? Padahal sebagian besar isi Perjanjian Lama ditulis berabad-abad sebelumnya. Kitab Maleakhi sebagai kitab terakhir dari Perjanjian Lama telah selesai ditulis hampir 400 tahun sebelum kelahiran Kristus. Bukankah kesalahan-kesalahan dapat saja terselip dalam kurun waktu yang panjang itu?
Pertanyaan semacam ini memang tidak akan terjawab dengan pasti sebelum ditemukannya naskah-naskah dari Laut Mati. Pada suatu hari yang panas berdebu di tahun 1947, seorang pemuda Arab melemparkan batu ke salah satu di antara ratusan goa yang terdapat di sekitar Laut Mati. Anak itu kemudian terkejut, karena terdengar bunyi pecahnya suatu benda dalam goa tersebut. Ketika ia merangkak masuk ke dalam goa untuk menyelidiki suara tersebut, anak itu menemukan sebuah guci yang pecah beserta naskah-naskah kuno, termasuk di dalamnya kitab Yesaya. Inilah koleksi pertama dari penemuan-penemuan yang kemudian dikenal dengan naskah-naskah dari Laut Mati.
Sejak saat itu dimulailah penggalian besar-besaran, dan para arkeolog kemudian menemukan cuplikan-cuplikan naskah tiap kitab Perjanjian Lama, beberapa di antaranya malah berupa kitab yang lengkap.
Lalu bagaimana dengan naskah-naskah Masorit di atas? Apakah ada perbedaannya? Penyelidikan yang teliti untuk mengadakan perbandingan pun dimulai lagi, dan hasilnya? Tidak ditemukan perbedaan antara naskah-naskah yang ditemukan di sekitar Laut Mati dengan naskah-naskah yang dikerjakan oleh para sarjana Masorit. Meskipun naskah-naskah ini telah disalin hampir 1.000 tahun sebelumnya, ternyata isinya hampir sama persis dengan naskah-naskah Masorit.
Berdasarkan bukti-bukti yang menakjubkan ini, kita tentu dapat menjadi lebih yakin bahwa Perjanjian Lama yang telah begitu cermat diselidiki dan dibuktikan keasliannya, benar-benar adalah firman Allah yang dapat dipercayai.
Perjanjian Baru. Apa yang telah dinyatakan tentang Perjanjian Lama di atas berlaku juga untuk Perjanjian Baru. Kitab-kitab Perjanjian Baru juga terlindung dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama berabad-abad, meskipun kitab-kitab ini telah disalin ribuan kali dan tersebar di gereja-gereja purba.
Sarjana-sarjana peneliti naskah Perjanjian Baru telah bekerja ekstra keras dalam menyelidiki ribuan naskah yang ditemukan. Mereka meyakinkan kita bahwa naskah-naskah Perjanjian Baru yang disampaikan kepada kita sama otentiknya dengan yang ditulis oleh Matius, Paulus, dan penulis kitab Perjanjian Baru lainnya. Memang telah ditemukan variasi kecil di sana-sini, tetapi itu tidak mengubah arti pemberitaannya sama sekali. Perbedaan yang terbanyak menyangkut variasi ejaan, seperti tulisan kata "labour" digunakan di Inggris dan tulisan kata "labor" digunakan di Amerika (keduanya memiliki arti yang sama, red). Sejumlah besar naskah atau cuplikan-cuplikan naskah Perjanjian Baru telah diselidiki dan diperbandingkan. Inilah tindakan pembuktian dokumen terbesar di masa itu. Perhatikanlah perbandingan sebagai berikut:
Nama Dokumen Jumlah Naskah Tanda Tahun
Strategi Perang Kaisar 10 900 sesudah Masehi
Kisah Livy tentang Roma 20 400 sesudah Masehi
Kisah Thucydides 8 900 sesudah Masehi
Kisah Herodotus 8 900 sesudah Masehi
Perjanjian Baru 14.000 125 sesudah Masehi
Dua penemuan penting terjadi lagi beberapa tahun terakhir ini, yang semakin mendukung bukti-bukti otentik naskah Perjanjian Baru. Pertama, Papyrus Perpustakaan Rylands yang berisi cuplikan Yohanes 18:1-40 yang bertanda tahun 125 sesudah Masehi. Kedua, kumpulan Papyrus Chester Beatty yang berisi hampir semua kitab Perjanjian Baru dan bertanda tahun antara 200-275 sesudah Masehi.
Penelitian yang sedemikian cermat terhadap naskah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dilakukan oleh para cerdik pandai -- yang sebagian bahkan bukan orang Kristen -- telah memberi kita alasan yang dibutuhkan untuk meyakini keotentikan Alkitab, meskipun kita tidak pernah melihat naskah aslinya. Isi Alkitab yang terjamin keabsahannya ini melengkapi alasan kita untuk dapat mempercayai Alkitab.
Pernyataan-pernyataannya
Isi Naskahnya yang Terjamin
Ketepatan Datanya yang Terbukti
Dampak Positifnya yang Nyata
KETEPATAN DATANYA YANG TERBUKTI
Alkitab yang menyebutkan fakta-fakta sejarah, berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan menubuatkan hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, dapat menjadi buku yang dipercayai karena memang apa yang dikatakannya tepat terbuki. Apa yang kita harapkan dari sebuah buku resep masakan? Kita tentu tidak berharap buku tersebut hanya merupakan kumpulan resep yang ditulis oleh koki yang hanya dapat menuang susu untuk sarapan. Kita pasti mengharapkan penulisnya telah terbukti keahliannya dalam hal masak-memasak sehingga dapat memberikan takaran bahan dan ketentuan waktu yang tepat untuk membuat masakan itu. Kita juga tentu mengharapkan pemakaian bahan-bahan yang lezat dan bergizi untuk resep-resep masakan itu.
Patutkah kita mengharapkan hal yang seperti itu terhadap buku yang mencatat perkataan dan perbuatan Allah serta hubunganNya dengan manusia? Tentu saja kita mempunyai hak untuk menuntut ketepatan semua data yang tertulis di dalamnya.
Apakah para penulis Alkitab menyadari apa yang telah mereka katakan? Dapatkah data-data sejarah, ilmu pengetahuan dan nubuat-nubuat yang ada di Alkitab dipercayai?
Jika sebuah buku memaparkan jalinan sejarah manusia dan wahyu Allah namun isinya tentang manusia dan dunianya saja sudah meragukan, maka apa yang dikatakan buku itu tentang Allah pun dapat diragukan. Jika bagian-bagian tertentu dari Alkitab terbukti salah, maka bagian lainnya pun mungkin salah juga. Namun syukurlah, Alkitab ternyata telah membuktikan ketepatan tulisannya dalam hal-hal yang berkaitan dengan data-data sejarah, ilmu pengetahuan dan penggenapan nubuat-nubuatnya. Semua yang tertulis dalam Alkitab terbukti tepat dan dapat dipercaya.
6. Ketepatan Data Sejarah Dalam Alkitab. Alkitab menyajikan data-data yang akurat tentang sejarah hidup manusia. Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru penuh dengan nama-nama orang, tempat dan peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di dunia ini. Dunia Alkitab bukanlah dunia di awang-awang. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya semua terjadi di dunia kita ini dengan orang-orang yang seperti Anda dan saya.
Kritik-kritik yang tajam terhadap ketepatan data sejarah Alkitab terus dijawab oleh para arkeolog. Mereka terus-menerus menemukan berbagai bukti yang makin lama makin menjelaskan ketepatan isi Alkitab dalam hubungannya dengan sejarah.
Sebagai contoh, Perjanjian Lama menyebutkan hampir 50 kali tentang orang/bani Het. Selama berabad-abad orang-orang yang mempelajari sejarah purbakala bertanya-tanya mengenai data sejarah orang Het ini, karena mereka belum menemukan bukti adanya orang/bani Het itu. Namun pada tahun 1906, kota Het ditemukan di sekitar 145 km dari timur Ankara, ibukota Turki.
"FirmanMu adalah kebenaran." - Yesus, dalam doaNya kepada Bapa (Yohanes 17:17)
Dengan berlalunya waktu, semua kritik terhadap Alkitab akan terjawab oleh para ahli dengan penemuan-penemuan arkeologisnya. Nelson Glueck, seorang arkeolog Yahudi, berkata, "Kelak akan ternyata bahwa tak ada penemuan arkeologi apa pun yang tak dapat dikonfirmasikan dengan Alkitab" (Rivers in the Desert: History of Neteg, hal. 31).
Penemuan tugu-tugu peringatan di kota purba Ebla di utara Siria beberapa waktu yang lalu membawa pula angin segar dalam upaya mengungkapkan ketepatan data-data sejarah dalam Alkitab. Sebuah artikel di majalah Time mengungkapkan, "Penemuan ini tidak hanya membuktikan pernah adanya kerajaan kecil yang terkenal di sekitar tahun 2400-2250 SM; tetapi juga menunjukkan bahwa data yang tertulis di dalam Alkitab benar-benar nyata" (18 Oktober 1976, hal. 63).
Data-data dalam Perjanjian Baru pun telah didukung dengan sejumlah penelitian dan penemuan. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul (keduanya ditulis oleh Lukas) telah menimbulkan kekaguman para peneliti yang mencari sejumlah referensi tentang masyarakat dan tempat-tempat pada zaman orang-orang Yahudi dan pemerintahan Romawi. Mengenai Lukas, F.F. Bruce menulis: "Orang yang ketepatan perkataannya dapat dipegang dalam hal-hal nyata akan dapat pula dipercaya dalam perkara-perkara yang tidak/belum nyata" (The New Testament Documents: Are They Reliable? hal. 90).
Demikianlah, dapat dipercayanya Perjanjian Baru dalam hal-hal yang berhubungan dengan data-data duniawi memberi jaminan kepada kita bahwa apa yang ditulisnya tentang hal-hal surgawi pun dapat dipercaya. John Warwick Montgomery pernah menulis, "Jadi, apakah yang diketahui para ahli sejarah tentang Yesus Kristus? Yang pertama dan terutama, mereka tahu bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru dapat dipercaya dalam pemberitaannya tentang Yesus Kristus. Kemudian, mereka juga tahu bahwa berita tentang Yesus Kristus ini tidak dapat dijabarkan hanya dengan akal atau filsafat manusia atau secara harafiah" (History and Christianity, hal. 40).
7. Ketepatan Data Ilmiah Dalam Alkitab. Apakah Alkitab dan ilmu pengetahuan bertentangan? Haruskah kita melakukan pilihan antara mau hidup bersandar pada iman kepercayaan atau berdasarkan data-data ilmiah? Mendengar pembicaraan orang tertentu, Anda mungkin berpikir bahwa ada pemisahan antara iman dan ilmu pengetahuan. Padahal sebetulnya tidak. Konflik-konflik yang timbul di antara dua hal ini sebenarnya hanyalah akibat dari adanya kesimpulan/pemahaman yang keliru dari orang-orang yang sebetulnya kurang mendalami baik kebenaran isi Alkitab maupun perkembangan ilmu pengetahuan.
Perdebatan muncul pada masa Galileo karena beberapa pemimpin agama pada masa itu berbicara tentang ilmu pengetahuan dan mengatakan bahwa bumilah yang menjadi pusat rotasi matahari. Sampai saat ini pun konflik-konflik masih terus terjadi. Pihak yang satu menyimpulkan bahwa seluruh kehidupan ini terjadi dengan sendirinya karena proses evolusi. Sementara pihak lain berkata bahwa kehidupan yang kompleks ini terjadi semata-mata karena ada yang menciptakannya. Orang yang tak percaya mujizat saling bersitegang dengan mereka yang percaya bahwa mujizat-mujizat di Alkitab memang benar-benar nyata. Hal ini terjadi karena mereka yang tidak percaya Allah tidak dapat menerima pandangan orang percaya bahwa Allah Yang Mahakuasa senantiasa turut campur tangan dalam segala aspek kehidupan manusia.
Inti perdebatan antara iman dan ilmu pengetahuan pada dasarnya bukanlah pada aktual atau tidaknya data masing-masing, melainkan lebih pada aktual atau tidaknya kesimpulan dan pemahaman kedua pihak terhadap kebenaran datanya masing-masing.
Alkitab memang bukan buku ilmiah. Ilustrasi yang sering digunakannya untuk menggambarkan segi-segi kehidupan, kadang diartikan berbeda dalam ilmu pengetahuan. Misalnya, gambaran Alkitab tentang terbenamnya matahari atau tentang keempat penjuru dunia. Para ilmuwan tentu saja tak dapat menerima hal ini sebagai data yang akurat. Namun sebenarnya, gambaran ini bukanlah gambaran yang harus diartikan secara harafiah. Kalau Alkitab tengah mengatakan sesuatu yang harafiah tentang ilmu pengetahuan, datanya pastilah benar.
Sebagai kesimpulan terakhir, Alkitab dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipertentangkan. Allah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya, dan yang mengatur segala suatu di dunia ini adalah Allah yang sama dengan Allah yang mengilhami Alkitab. Dialah Allah kebenaran yang tidak mempertentangkan diriNya sendiri. Jika Alkitab telah dipahami dengan benar dan ilmu pengetahuan juga telah sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang terbukti kebenarannya, keduanya pastilah akan mencapai titik temu yang sempurna.
8. Ketepatan Nubuat Dalam Alkitab. Bagaimana pendapat Anda tentang seorang dokter yang mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan jantung Anda, tetapi begitu Anda meninggalkan ruang prakteknya tiba-tiba saja Anda mendapat serangan jantung? Atau, apa pendapat Anda tentang tokoh politik yang menjanjikan kemakmuran di bidang ekonomi, tetapi kebijakan-kebijakannya telah menyebabkan resesi ekonomi? Anda tentu akan meragukan apa pun yang dikatakan mereka tentang masa depan. Anda pun tentu akan bingung, siapa yang dapat Anda percayai sekarang?
Alkitab tidaklah demikian. Firman Allah telah terbukti dapat dipercaya. Ia tidak pernah salah dalam mendiagnosa kebutuhan manusia. Ia juga tidak pernah memberi janji-janji palsu. Manusia tak memiliki alasan untuk menilai Alkitab hanya sebagai kumpulan dongeng dan isapan jempol.
Satu hal nyata tentang dapat dipercayanya Alkitab adalah ketepatannya dalam hal penggenapan nubuat. Alkitab sendiri menganjurkan agar kita menguji setiap nubuat yang dikatakan sebagai firman Tuhan yang berkuasa. Ulangan 18:20-22 menyatakan bahwa ujian untuk nubuat yang benar adalah ketepatan penggenapannya. Alkitab berisi ratusan nubuat, dan kita dapat menguji nubuat-nubuat itu melalui ketepatan penggenapannya.
Beberapa contoh penggenapan nubuat Alkitab yang paling dramatis menyangkut Tuhan Yesus sendiri. Yesaya 52:13 hingga Yesaya 53:12 dan Mazmur 22:1-31 menuliskan nubuat tentang kematian di atas salib ratusan tahun sebelum peristiwa yang benar-benar mengerikan ini sungguh terjadi.
Perhatikanlah rincian penggenapan nubuat tentang Tuhan Yesus Kristus berikut ini:
NUBUAT PENGGENAPAN
Yesaya 7:14 dikandung seorang perawan Lukas 1:26-35
Mikha 5:2 dilahirkan di Bethlehem Matius 2:1
Yesaya 7:14 dinamakan Immanuel Matius 1:23
Yesaya 9:1-2 tampil di Galilea Matius 4:12-16
Zakharia 9:9 dielu-elukan di Yerusalem Matius 21:1-11
Mazmur 41:10 dikhianati oleh sahabat Matius 26:20-25
Mazmur 35:11 dituduh bersalah Matius 26:59-68
Yesaya 53:7 tidak membela diri Matius 27:12-14
Mazmur 22:17 tangan dan kaki berlubang paku Yohanes 20:25
Yesaya 53:12 disalibkan bersama penjahat Matius 27:38
Mazmur 22:19 pakaiannya diundi Yohanes 19:23,24
Mazmur 34:21 tak ada tulang yang patah Yohanes 19:33
Mazmur 22:16 kehausan di kayu salib Yohanes 18:28
Yesaya 53:9 dikuburkan di kubur orang lain Matius 27:57-61
Contoh lain dari penggenapan nubuat Alkitab adalah mengenai kejatuhan kota yang bernama Tirus. Ratusan tahun sebelumnya, Yehezkiel menubuatkan bahwa kota itu akan diruntuhkan, dan reruntuhannya akan dibuang ke dalam air, sehingga tidak akan dibangun kembali (Yehezkiel 26:1-21). Hal ini terjadi persis seperti yang dinubuatkan. Mula-mula Nebukadnezar merobohkan kota itu, kemudian Alexander menyuruh orang-orangnya membangun jembatan layang di atas reruntuhan itu menuju ke pulau tempat orang-orang melarikan diri. Jalan lintasan ini masih ada sampai sekarang dan menjadi saksi bisu tergenapinya nubuat Alkitab atas kota itu.
Daniel dengan tepat telah menubuatkan pemerintahan empat kerajaan besar dunia secara berurutan, yakni: Babilonia, Persia, Yunani dan Roma (Daniel 2:1-49 dan Daniel 7:1-28).
Nubuat-nubuat tentang penghukuman Allah atas Niniwe (Nahum 1:1-3:19), Ammon dan Moab (Yeremia 48:1-49:39C), Babilonia (Yesaya 13:1-14:32; Yeremia 51:1-64) dan Edom (Yesaya 34:1-17; Yeremia 49:1-39; Yehezkiel 25:1-17; 35:1-15) juga telah digenapi dengan tepat.
Apa pun yang dinubuatkan Alkitab, semuanya pasti tergenapi. Ratusan nubuat telah terbukti digenapi secara nyata. Berdasarkan hal ini, kita boleh meyakini perkataan Alkitab mengenai hal-hal yang akan datang. Semuanya pasti akan digenapi.
Pernyataan-pernyataannya
Isi Naskahnya yang Terjamin
Ketepatan Datanya yang Terbukti
Dampak Positifnya yang Nyata
DAMPAK POSITIFNYA YANG NYATA
Alkitab juga terbukti dapat dipercaya kalau dilihat dari dampak positif yang ditimbulkannya dalam kehidupan manusia, baik secara global dalam masyarakat maupun secara individu. Di mana Injil diberitakan, di situ terjadi kuasa yang mengubah kehidupan. Alkitab disebut "firman kehidupan" (Filipi 2:16). Berita yang disampaikannya adalah berita Injil yang disebut "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (Roma 1:16). Dan semua itu menunjukkan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang "hidup dan kuat" (Ibrani 4:12). Kenyataan ini merupakan satu hal lagi yang dapat menguatkan kepercayaan kita pada Alkitab.
9. Dampak Alkitab Pada Masyarakat. Di mana saja Alkitab disampaikan dan berita Injilnya diterima, pasti terjadi dampak yang nyata dalam kehidupan masyarakat di situ. Jika hendak diteliti secara jujur, Alkitab terbukti telah banyak menjadi sarana yang membawa perbaikan dan peningkatan harkat hidup manusia, baik dalam segi moral maupun sosial-ekonomi. Di tempat-tempat di mana perbudakan masih terjadi, kuasa firman Allah menyadarkan kekeliruan perbuatan yang memperkosa hak manusia seperti itu. Di daerah-daerah di mana kaum wanita diperlakukan hanya sedikit lebih baik dari binatang, pengajaran Injil mengembalikan kehormatan mereka dan membebaskan mereka dari segala tindakan pelecehan. Di mana kekejaman dan berbagai penindasan terjadi, Injil hadir membawa kemerdekaan, toleransi dan perikemanusiaan. Anak-anak terlantar dan para penyandang cacat yang sering mendapat perlakuan buruk, kini lebih dihargai dan diperhatikan sejalan dengan diterimanya pekabaran Injil.
Di saat kabar gembira tentang Injil diterima, gairah dan semangat hidup manusia pun meningkat. Cobalah bayangkan apa yang terjadi pada manusia bila tak pernah ada penerangan dari firman Tuhan. Singkirkanlah semua pengajaran tentang harkat dan penghargaan atas manusia, dan perhatikanlah, apa yang masih tertinggal? Buanglah segala pengajaran moral dari para tokoh Kristen, dan pikirkanlah apa yang akan terjadi di dunia ini. Jauhkanlah dari semua galeri setiap lukisan yang bertemakan Kristus; keluarkan dari laci-laci perpustakaan semua buku yang berintikan pengajaran Alkitab; kosongkanlah dunia ini dari semua khotbah dan musik gereja; hilangkanlah dari semua kota dan desa gedung-gedung gereja dengan menara salibnya yang melambangkan pusat pengharapan dan damai sejahtera bagi orang-orang yang berbeban berat dari masa ke masa. Singkirkanlah semua itu, dan renungkanlah apa lagi kini yang masih tertinggal? Semuanya kini bagaikan penyair tanpa syair, pemusik tanpa lagu, pengkhotbah tanpa kebaktian.
Atau buanglah bagian-bagian yang mengajarkan segi-segi moral dalam Alkitab. Apa yang akan terjadi di dunia ini? Dalam bidang hukum dan keadilan? Apa yang akan dialami oleh orang-orang yang lemah, tak berdaya, tertindas, kesepian, putus asa? Sangatlah mengerikan membayangkan keadaan yang akan terjadi di dunia ini, tanpa firman Tuhan. Hati yang dingin, kejahatan dan segala macam hal yang buruk akan tak terkendali.
Ya, Alkitab telah banyak memberi dampak positif yang nyata dalam masyarakat. Hal ini tidak dapat diingkari.
10. Dampak Alkitab Pada Individu. Alkitab tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan masyarakat, tetapi juga membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan manusia secara individu. Banyak pria dan wanita yang berada dalam keadaan putus asa, tak berdaya, kecewa, telah menemukan kelepasan tatkala mereka mendengar dan menerima Injil. Alkitab telah memberi pengharapan baru bagi mereka yang bersusah, dan membawa damai sejahtera bagi mereka yang tertekan. Alkitab mengangkat harkat diri manusia dan memperbaiki kebobrokan moral seseorang. Ya, Alkitab secara menakjubkan telah membebaskan dan mengubah hidup jutaan manusia.
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun." Ibrani 4:12
Renungkanlah kehidupan Agustinus, seorang sarjana terkemuka yang hidup pada abad keempat dan kelima. Ibunya dengan setia mendoakannya, tetapi ia sendiri mengisi hidupnya dengan hal-hal buruk dan sia-sia di masa mudanya, sampai ia menyadari bahwa tidak ada damai di dalam dirinya. Ia pun lalu melakukan pencarian dan pemeriksaan diri. Pencarian yang sangat menyiksa ia alami sampai ia menemukan dan membaca ayat ini dari Alkitab: "Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Roma 13:13-14). Agustinus dalam pengakuannya kemudian menulis: "Begitu saya selesai membaca ayat ini, ada seberkas cahaya yang menerangi hati saya dan menghapus semua keragu-raguan di hati saya." Mantan pemabuk ini pada akhirnya menjadi uskup di Hippo, Afrika Utara dan mendirikan gereja yang pertama di daerah itu. Ia juga mempengaruhi banyak orang Kristen lewat tulisan-tulisannya.
Charles Haddon Spurgeon telah putus asa mencari damai sampai ia mendengar ayat ini dibacakan oleh seorang pendeta: "Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain" (Yesaya 45:22).
Martin Luther menemukan kelepasan dari beban berat karena pergumulan dosa dan imannya, yang kemudian membakar semangatnya untuk melakukan reformasi, ketika ia membaca ayat ini: "Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (Habakuk 2:4).
Chuck Colson, seorang tertuduh dalam kasus Watergate, menerima kebenaran melalui kesaksian dan pengajaran Alkitab yang dilakukan oleh teman-temannya. Ia kini memimpin sebuah lembaga pemasyarakatan dan bukunya yang berjudul Born Again telah mempengaruhi banyak orang yang pernah terjebak dalam perbuatan buruknya sendiri.
Kesaksian-kesaksian nyata seperti ini dapat terjadi ratusan ribu kali lagi di segala tempat dan waktu oleh mereka yang menyadari bahwa kebutuhan hidupnya yang paling dalam hanya dapat dipenuhi dalam kuasa firman Tuhan. Dan, sahabatku, hal seperti ini pun akan Anda alami bila Anda mau membuka hati untuk menerima berita Injil dan mempercayainya.
Bagian D. Bagaimana Terjadinya Alkitab Kita
Bagaimana menentukan kitab mana saja yang merupakan Alkitab? Bagaimana kisahnya sampai yang diterima hanya 39 kitab sebagai Perjanjian Lama dan 27 kitab sebagai Perjanjian Baru? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab dalam pembicaraan tentang "kanonisasi Alkitab." Kata "kanon" di sini berarti "alat penentu" atau "standar."
Dari sekian banyak tulisan yang ada, hanya 66 kitab yang diterima sebagai firman Allah. Ini pun tidak semua kitab dapat dengan mudah dikenali dan diterima otoritasnya. Ada kitab-kitab yang harus melalui pergumulan yang panjang untuk diterima sebagai bagian dari Alkitab. Namun, sepanjang pergumulan itu, Allah yang menjadi penentu dalam proses kanonisasi Alkitab ini, bukan manusia.
Perjanjian Lama. Tulisan-tulisan nabi Musa dan kitab Yosua dapat dengan mudah diterima sebagai Alkitab (Keluaran 24:3; Yosua 24:26). Kitab-kitab lainnya diuji dengan pedoman-pedoman sebagai berikut:
Penulisnya haruslah seorang nabi atau pemimpin bangsa Israel yang dikenal.
Isinya membuktikan adanya otoritas dan kuasa. Pembaca dapat mengenalinya sebagai pernyataan Allah yang dikomunikasikan secara unik.
Tulisan-tulisan yang jelas-jelas berisi kesalahan doktrin atau data, disisihkan. Kitab-kitab yang otoritasnya pernah diterima generasi sebelumnya, dipertimbangkan lebih dahulu.
Pengesahan berikutnya diberikan kepada kitab-kitab Perjanjian Lama yang banyak dikutip oleh Kristus maupun penulis Perjanjian Baru.
Ke-12 buku Apokrif tidak diterima sebagai bagian dari Alkitab karena:
Tidak terlihat sebagai kanon Ibrani.
Tidak pernah dikutip dalam Perjanjian Baru.
Tidak termasuk dalam daftar kanon-kanon sebelumnya.
Isinya lebih mengarah pada mitos/tradisi.
Perjanjian Baru. Kitab-kitab yang diterima sebagai Perjanjian Baru didasarkan pada otoritas kerasulan. Kitab-kitab itu diterima jika mereka ditulis oleh para rasul seperti Petrus, Yohanes, atau orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan para rasul seperti Lukas atau Markus yang juga memiliki kuasa kerasulan. Banyak cerita yang salah tentang kehidupan Yesus (Lukas 1:1-40), maupun para rasul (2Tesalonika 2:2) berkembang pada masa itu, oleh karena itu identifikasi yang cermat dalam proses kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Baru sangatlah penting.
"Gereja telah memberikan kanon Perjanjian Baru sebagai pedoman kita dengan cara yang hampir sama seperti Isaac Newton memberikan teori gravitasinya. Allahlah yang menciptakan gravitasi itu untuk kita, demikian pula kanon Perjanjian Baru diilhamkan dan ditentukan oleh Allah sendiri agar menjadi milik kita."
- J.L. Packer dalam buku God Speaks to Man
Para bapa gereja mempunyai andil dalam proses kanonisasi Perjanjian Baru ini. Mereka secara teliti telah mengindentifikasi dan memilah-milah tulisan-tulisan yang ada. Konsili di Hippo (tahun 393) dan Karthago (tahun 397) akhirnya menerima ke-27 kitab yang sekarang dikenal dengan Perjanjian Baru.
Bagian E."Kami Berusaha Membuktikan Kesalahannya"
Meskipun orangtuanya beragama Kristen, tetapi Joan Olsen dan suaminya yang dokter, sama sekali tidak percaya akan adanya Allah (agnostik). Hal ini telah membuat kedua pasangan itu sering terlibat dalam diskusi-diskusi yang panas mengenai Alkitab. Sampai pada suatu hari, dokter muda dan istrinya itu sepakat untuk mempelajari kekristenan. Berikut ini adalah pengakuan Dr. Viggo Olsen:
Saya berharap penyelidikan yang kami lakukan adalah penyelidikan yang jujur dan objektif, sebagai suatu upaya yang tulus dalam mencari kebenaran. Namun latar belakang kami yang agnostik telah membuat kami memulai penyelidikan dengan cara yang cerdik. Kami ingin membuktikan bahwa Alkitab bukanlah firman Allah....
"Pertama-tama," saya berkata (kepada Joan), "marilah kita mengingat kembali segala sesuatu tentang agnostik yang pernah kita dengar selama kita menjadi mahasiswa. Kedua, kita akan mencari dan mengumpulkan kesalahan-kesalahan data ilmiah yang ada di dalam Alkitab. Kesalahan-kesalahan ini akan menunjukkan bahwa Alkitab adalah tulisan manusia, bukan Kata-kata Sang Pencipta yang sempurna."
Maka mulailah mereka melakukan penyelidikan. Pertanyaan pertama yang mereka perdebatkan adalah: "Apakah ada Allah yang menciptakan dunia ini?" Penelitian yang cermat akhirnya membawa mereka pada kesimpulan bahwa Allah memang ada. Tetapi hal ini belum membuat mereka percaya, karena mereka tidak yakin Allah itu dapat dikenali. Mereka belum dapat melihat hal-hal yang supranatural di dalam Alkitab.
"Apakah masuk akal kalau Allah menyatakan diriNya kepada kita?" tanya saya pada suatu malam. "Saya baru saja membaca sesuatu mengenai hal ini," jawab Joan, "yakni bahwa Allah menciptakan kita manusia sebagai satu-satunya makhluk yang berakal budi. Allah tidak menciptakan kita asal saja atau tanpa tujuan sama sekali. Maka, setelah kita diciptakan, masuk akal kalau Allah lalu menyatakan diriNya dan menyampaikan maksud dan tujuanNya menciptakan kita. Juga jika Allah mengasihi kita, Dia tentu ingin menyatakannya kepada kita agar kita tahu bahwa itulah kasih."
Setelah meneliti lebih dalam, mereka mendapati bahwa Alkitab adalah "kitab Allah yang memperkenalkan siapa Allah." Inilah penemuan mereka:
Alkitab...menyatakan tentang Allah, yang oleh karena kasihNya yang tak berkesudahan mencari kita agar kita mengenal Dia dan rencanaNya bagi kita.... Kami juga menemukan keselarasan dan konsistensi yang menakjubkan dalam Alkitab orang Kristen....
"Kini sulit bagi kami untuk mencari kesalahan-kesalahan Alkitab, bahkan kami terus menerus dipaksa untuk mencoret hal-hal yang pernah kami kira sebagai kesalahan Alkitab."
- Dr. Viggo Olsen
Berbeda dengan pemahaman kami sebelumnya, kami menemukan banyak data akurat tentang sejarah manusia di dalam Alkitab, yang sesuai dengan penemuan-penemuan di bidang arkeologi.
Alkitab juga ternyata akurat dalam data-data ilmiahnya. Ini merupakan hal yang sangat mengejutkan bagi Joan dan saya, karena dalam segi inilah kami sebenarnya ingin menyerang kekristenan dan Kristus.... Kini sulit bagi kami untuk mencari kesalahan-kesalahan Alkitab, bahkan kami terus-menerus dipaksa untuk mencoret hal-hal yang pernah kami kira sebagai kesalahan Alkitab, setelah penemuan-penemuan data dan informasi aktual yang terus kami dapatkan.
Setelah penelitian yang serius selama berbulan-bulan, Dr. Olsen dan istrinya akhirnya menyimpulkan bahwa Alkitab benar-benar adalah firman Allah kepada manusia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka berdua lalu menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Kemudian, pada tahun 1962, mereka pergi ke Pakistan Timur (sekarang Bangladesh) untuk melayani sebagai utusan Injil di sana.
Dari: Daktar: Diplomat di Bangladesh. Dikutip dengan izin.
Bagian F. Pertimbangkanlah Baik-baik
Kami telah menyajikan 10 alasan, 10 bukti bagi jawaban "ya" atas pertanyaan, "Apakah Alkitab dapat dipercayai?" Melalui semua ini, kami yakinkan Anda bahwa Alkitab adalah buku yang dapat Anda percayai. Luangkan waktu sejenak dan isilah tabel di bawah ini untuk mengingat kembali semua bukti yang telah kita pelajari.
Topik ini mengajak kita untuk mempertimbangkan dua hal yang sangat penting. Pertama, jika Anda seorang Kristen, sudahkah Anda mempercayai Alkitab dengan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari? Maukah Anda menaati perintah-perintahNya sama seperti Anda memegang janji-janjiNya?
Kedua, jika Anda belum menjadi orang Kristen, apa yang akan Anda lakukan terhadap Alkitab? Anda tidak dapat bersikap netral. Anda harus memutuskan: Menerima ajarannya tentang Allah, Yesus Kristus, dan keselamatan, atau menolaknya. Harapan kami Anda akan percaya dan menyadari kebutuhan Anda untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi Anda. Akuilah segala dosa dan percayalah bahwa Dia telah mati untuk membayar hutang dosa Anda. Mintalah Dia menyelamatkan Anda. Firman Tuhan berkata, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat" (Kisah 16:31). Maka, Anda akan merasakan, melalui pengalaman langsung, berkat dari mempercayai Alkitab -- sebuah buku yang dapat Anda percayai!
Sumber :
Seri Mutiara Iman (RBC/Yayasan Gloria/YLSA) SMI-011
Link sumber